Monthly Archives: January 2019

MENGAJAR “GENERASI MILINEAL”–METODA TUTOR SEBAYA

Tiba-tiba tertarik untuk menceritakan pengalaman saya mengajar yang dimulai tahun 2015 sampai dengan sekarang.

Mengajar adalah salah satu kewajiban atau hoby saya. Saya menekuni dunia mengajar semenjak masih duduk di semester 4 saat menempuh Strata Satu (S-1), yaitu dengan menjadi asisten dosen. Namun, saya baru mengajar dengan status dosen pada tahun 2015.

Awal mengajar metoda yang saya gunakan masih metoda konvensional. Metoda yang masih mempusatkan kelas pada saya. Ya, bisa dianggap saya ini pemain utama di kelas. Mahasiswa saat itu hanya masuk, duduk, menulis, dan pulang. Beberapa ada yang tanya, namun tidak banyak. Usut punya usut, mahasiswa takut bertanya di kelas, karena saya dianggap killer (saya sempatkan bertanya kepada mahasiswa saat itu). Metoda itu saya gunakan sampai sebelum saya mengikuti ALFHE dan PEKERTI.

Saya pernah mendengar orang bertanya pada suatu forum , kira-kira pertanyaan seperti ini “Bapak, Kalau ada kelas yang nilainya jelek semua, siapa yang salah”. Dalam hati saya menjawab “pasti mahasiswa lah”, kenapa dia tidak rajin, kenapa dia tidak bertanya, kenapa dia tidak belajar, dan lain sebagainya”. Namun, jawaban dari pemateri itu sangat membuat saya terkejut “Bukan 100% salah mahasiswa, namun ada peran serta pendidik”. Dalam hati “apa salah pendidik? (agak lebay dikit bahasanya, he). Pemateri menjelaskan penjelasannya. Iy, pendidik . Dalam proses pembelajaran ada dua pihak yang terlibat, yaitu dosen dan mahasiswa. Kalau mahasiswa banyak nilai jelek, berarti dosen juga ikut terlibat kan?. Misalnya, dosen menjelaskan dengan membosankan yang membuat mahasiswa mengantuk, mahasiswa takut untuk bertanya, mahasiswa tidak diajak diskusi, mahasiswa pasif di kelas. Hal ini yang membuat saya untuk intropeksi diri. Berarti selama ini kelas saya ada yang salah?

Saya mengajar kaum milenial, namun saya menggunakan metoda konvensional. Saat itulah saya mencoba menggali metoda pembelajaran. Saya mulai menggunakan metoda pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa.

Metoda pembelajaran yang pernah saya gunakan antara lain metoda tutor sebaya

Continue reading

PERAN SEORANG PEMIMPIN DIBALIK KEBERHASILAN TAX AMNESTY

Seperti yang kita ketahui, pada tahun 2016 pemerintah mengeluarkan kebijakan yang terkait dengan perpajakan, kebijakan tersebut adalah pengampunan pajak (tax amnesty). Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016, tax amnesty didefinisikan sebagai penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi adminitrasi perpajakan dan sanksi pidana, dengan cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana yang telah diatur dalam undang-undang ini.

Ibu Sri Mulyani selaku Menteri Keuangan mengklaim bahwa program tax amnesty berjalan cukup baik. Hal ini seperti yang dinyatakan pada laman kominfo. Laman tersebut menyajikan bahwa penerimaan sampai dengan hari Jumat (31/03/2017) Pukul 07.00 WIB mencapai Rp130 triliun, deklarasi harta Rp4.813,4 triliun, dan repatriasi Rp46 triliun.

KEBERHASILAN TAX AMNESTY TIDAK TERLEPAS DARI PERAN SEORANG PEMIMPIN.

seorang pemimpin memang sangat berperan dalam sebuah organisasi. Keberhasilan organisasi salah satunya ditentukan oleh peran pemimpin. Begitu juga dengan program tax amnesty, peran pemimpin juga diperlukan untuk mendorong program ini. Hal ini seperti hasil penelitian Hidayatulloh dan Ariesanti (2017), yang menyatakan bahwa individu mengikuti program tax amnesty karena dorongan dari seorang pemimpin.

KELAS BUKAN HANYA SEKEDAR “CERAMAH DAN MENDENGAR”

Dosen di era sekarang bukanlah lagi sebagai “Dewa Pengetahuan”. Kelas juga bukan hanya tempat mahasiswa duduk, mendengarkan, dan mencatat. Kelas bukan lagi tempat mahasiswa mencari sumber pengetahuan yang utama. Iya, era sekarang adalah era digital. Mahasiswa dapat mencari sumber pengetahuan melalui internet. Sehingga, sangat memungkinkan mahasiswa mendapatkan terbaru pengetahuan lebih dulu dibandingkan dosen.

Kelas bukanlah sebuah ruangan yang menakutkan bagi mahasiswa. Kelas bukanlah hal yang membuat mahasiswa hanya duduk sambal mendengarkan. Kelas bukanlah tempat mahasiswa diam karena ketakutan. Kelas bukanlah tempat memamerkan pengetahuan yang dimiliki. Akan tetapi, kelas adalah tempat mahasiswa beraktivitas. Kelas adalah tempat mahasiswa merasa gembira. Kelas adalah tempat ajang diskusi.

Kelas dapat dibuat seperti rumah bagi mahasiswa. Kelas tidak hanya sebagai ajang berceramah dan mendengarkan. Akan tetapi, kelas adalah tempat menyalurkan bakat mahasiswa. Sehingga, sudah seharusnya sebagai seorang pendidik, kita perlu membuat kelas yang gembira dan kelas yang antusias dengan diskusi.

Cara membuat kelas menjadi fun adalah dengan menerapkan metoda game, dan salah satu metoda game tersebut, saya kasih nama “siapa saya”. Silahkan artikel lengkap dapat diunduh DISINI